Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Ada Sesuatu yang Hilang Dalam Hidup, Apakah Itu?
Selasa, 19 Agustus 2025 10:09 WIB
Yang hilang dalam hidup manusia modern adalah iman. Dan tugas kita adalah menemukannya kembali. Dunia hanya singgah sebentar, akhirat selamanya
Manusia sering merasa kehilangan sesuatu dalam hidupnya. Ada yang bilang kehilangan harta, ada yang bilang kehilangan cinta, ada pula yang merasa kehilangan kesempatan. Namun sesungguhnya, kehilangan terbesar dalam hidup ini adalah hilangnya iman.
Iman bukan sekadar ucapan di bibir, bukan sekadar ritual formal. Iman adalah keyakinan yang hidup, yang menuntun setiap langkah, yang menggetarkan hati ketika mengingat Allah, dan yang membuat manusia yakin bahwa ada kehidupan setelah mati.
Betapa banyak orang yang sibuk mengejar dunia, namun melupakan akhirat. Mereka lupa, dunia hanyalah tempat singgah sementara, bukan tempat tinggal selamanya. Inilah bukti iman yang pudar: ketika dunia lebih dicintai daripada janji Allah di akhirat.
Kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditawar. Tetapi banyak yang memperlakukannya seperti khayalan jauh di ujung waktu. Mereka menunda iman, menunda taubat, seolah ada jaminan umur panjang. Padahal, tidak sedikit yang mati muda, bahkan anak-anak yang belum sempat bermimpi.
Iman yang sejati bukan hanya “belief”, sekadar menerima bahwa akhirat itu ada. Iman sejati adalah “faith”, penyerahan total kepada Allah, keyakinan yang membuat seseorang rela berkorban di dunia demi keselamatan di akhirat.
Kalau hanya “belief”, orang bisa berkata, “Saya percaya ada Tuhan.” Tetapi tanpa “faith”, keyakinan itu kering, tidak berbuah. Ia tahu ada Tuhan, tetapi tidak tunduk, tidak berserah, tidak patuh. Maka sejatinya, iman itu mati.
Iman diuji bukan dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan. Di dunia inilah medan ujiannya. Setiap godaan, setiap cobaan, setiap kesempatan adalah ujian iman. Siapa yang sabar, siapa yang ikhlas, siapa yang memilih jalan lurus, dialah yang imannya nyata.
Orang yang imannya kuat melihat dunia dengan pandangan akhirat. Ia bekerja, tetapi niatnya ibadah. Ia mencari nafkah, tetapi caranya halal. Ia bersenang-senang, tetapi ingat batasan. Semua dilakukan dengan kesadaran bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan.
Sebaliknya, orang yang kehilangan iman akan hidup tanpa arah. Dunia jadi satu-satunya tujuan. Ia kaya tetapi kosong, berkuasa tetapi gelisah, tertawa tetapi hatinya hampa. Karena iman yang hilang tidak bisa ditukar dengan harta, jabatan, atau popularitas.
Banyak orang merasa hidupnya hancur karena kehilangan sesuatu yang fana. Padahal, kehilangan terbesar bukan kehilangan dunia, tetapi kehilangan iman. Karena dunia bisa kembali, tetapi iman yang hilang bisa menyeret ke dalam jurang kehancuran abadi.
Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an, bahwa orang beriman akan diuji dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Ujian itu bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membuktikan: apakah iman kita hanya di bibir, atau benar-benar di hati.
Iman tanpa ujian ibarat otot tanpa latihan. Lemah, rapuh, mudah runtuh. Justru ujian dunia adalah kesempatan emas untuk memperkuat iman, agar pantas mendapat pahala yang kekal di akhirat.
Tetapi betapa sering manusia gagal ujian. Sedikit musibah, ia mengeluh. Sedikit kehilangan, ia protes. Sedikit kesulitan, ia putus asa. Inilah tanda bahwa imannya rapuh, hanya menempel di permukaan, belum meresap ke dalam hati.
Iman berarti yakin bahwa apa pun yang hilang di dunia, akan dibalas berlipat di akhirat. Tidak ada kehilangan sejati bagi orang beriman. Yang hilang hanyalah titipan, yang tersisa hanyalah amal.
Dunia memang menggoda. Ia menjanjikan kesenangan instan, kekayaan cepat, kenikmatan semu. Tetapi iman mengajarkan kesabaran. Bahwa yang benar-benar bernilai bukan apa yang segera terlihat, melainkan apa yang menanti di akhirat.
Di dunia, iman mungkin membuat seseorang dianggap aneh. Ia menolak suap, ia menolak maksiat, ia hidup sederhana. Dunia menertawakan. Tetapi di akhirat, justru dia yang tertawa terakhir, ketika pahala abadi diserahkan kepadanya.
Yang hilang dalam hidup modern manusia adalah rasa takut kepada Allah. Orang takut miskin, takut gagal, takut tidak dihargai. Tetapi jarang yang benar-benar takut pada hari ketika semua amal dibuka di hadapan Allah. Inilah tanda iman yang meredup.
Iman adalah cahaya. Tanpanya, hidup bagai malam tanpa bintang. Gelap, kosong, tanpa arah. Dengan iman, hidup mendapat makna. Penderitaan pun terasa indah, karena ia menjadi jalan menuju surga.
Jika iman hilang, maka hidup hanya akan jadi permainan dan senda gurau. Tetapi jika iman kuat, maka hidup menjadi perjalanan agung menuju Allah. Dunia hanya singgah sebentar, akhiratlah tujuan sejati.
Maka jawabannya jelas: yang hilang dalam hidup manusia modern adalah iman. Dan tugas kita adalah menemukannya kembali, memeliharanya, serta membuktikannya dalam amal nyata. Sebab iman bukan untuk dipajang di bibir, melainkan untuk diuji di dunia, agar berbuah pahala di akhirat.

Pemerhati Aspal Buton
6 Pengikut

Cinta yang Disakiti
13 jam lalu
Ketika Aspal Buton Menunggu Keberanian Presiden
2 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler